Mejeng Politik
Kebiasaan mengucapkan selamat Idul Fitri atau hari besar lainnya melalui spanduk merupakan hal yang biasa saja. misalnya organisasi A mengucapkan selamat Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin, disebelah ucapan itu biasanya terdapat logo organisasi atau partai yang mengucapkan tadi.
Namun semenjak diperbolehkannya calon independen bertarung menjadi kepala daerah, maka gaya ucapan selamat dalam spanduk juga menjadi lebih kreatif. Logo organisasi diganti dengan gambar tokoh (biasanya ketua umumnya) dan disebah kanan ucapan juga disisipkan yel-yel kampanye, misalnya ” membangun negeri bersama anda” atau ” bersama kita bisa”
Fenomena ini merupakan hal yang lumrah saja, sebab sang tokoh ingin dikenal masyarakat sebelum hari pemilihannya nanti, mereka sedapat mungkin pasang muka dimana-mana, walaupun orangnya tidak hadir minimal fotonyapun jadilah..
Tapi ada satu hal yang menarik, ternyata mejeng dispanduk bukan hanya kepunyaan calom-calon ikut pilkada saja, sekarang ini, orang-orang yang tak ada kaitannya dengan pilkada juga ikut mejeng di spanduk. targetnya apa ? tetap saja untuk dikenal masyarakat. paling tidak 5 atau 10 tahun nanti, apabila mereka juga asa kesempatam ikut pilkada, nama mereka sudah cukup dikenal.
Dan hal ini memang terjadi di kota medan, sehingga pihak penertiban perlu mengambil tindakan tegas sehubungan dengan semakin maraknya spanduk2 berbau suksesi tersebut.
** semoga aja pak,, kalau sudah terpilih nanti masih mau melihat ke bawah..***
Oktober 27, 2007 at 3:27 pm
setuju pak. sudah terlalu sering suksesi politik jadi ajang nyampah secara masal. seharusnya ditindak secara serius, jangan hangat2 tahi ayam!
Oktober 29, 2007 at 4:32 pm
Betul tu bang, bikin rusak pemandangan ajah
Yang lebih parah spanduk2 yang ada di depan kantor walikota itu bang, kan seolah2 menyetujui itu loh calon kuatnya
*padahal aq juga belum ke data jadi pemilih*